
Kehadiran serangga penting untuk ekosistem planet bumi. Mereka ialah penyerbuk, pengatur hama, pengurus sampah. Disamping itu, serangga ialah makanan untuk beberapa burung, reptil, mamalia, dan ikan. Bila didiamkan, raibnya serangga akan berpengaruh benar-benar serius pada kehidupan setiap hari secara nyaris tidak terpikirkan, terhitung pada manusia.
Remuknya ekosistem dan komunitas serangga bisa disimpulkan musibah untuk kelangsungan makhluk hidup di bumi terhitung manusia yang dihubung-hubungkan dengan proses kemusnahan massal.
Baca Juga : Serangga Bisa Menjadi Makanan Darurat Di Masa Krisis
“Kita alami kemusnahan massal ke enam di bumi. Bila kita merusak serangga yang disebut landasan ekosistem, karena itu kita merusak seluruh hewan yang lain tergantung kepadanya selaku sumber makanan,” tutur Bayo diambil dari situs University of Sidney.
“Itu membuat remuk semua, dan itu kenapa kami berpikir ini ialah kenyataan.”
Seirama dengan kecemasan Bayo, Don Sands, pakar entomologi dan pensiunan Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran di Australia, menyebutkan jika dampak pengurangan serangga benar-benar mencemaskan dan beresiko karena benar-benar memengaruhi ekosistem makhluk hidup keseluruhannya.
“(Serangga ialah) makhluk kecil yang jalankan dunia,” kata Sand untuk memvisualisasikan begitu keutamaan kehadiran mereka.
Perubahan Cuaca Berpengaruh Terhadap Ekosistem Serangga
Di wilayah tropis seperti Asia Tenggara, terhitung Indonesia, factor perombakan cuaca benar-benar punya pengaruh untuk ekosistem serangga. Bermacam riset mengenai turunnya komunitas serangga, kembali mengingati dengan keras jika manusia harus pikirkan ulangi praktek pertanian yang serba menggunakan pestisida, dan mengubahnya ke praktek yang lebih ramah lingkungan. Restorasi habitat, seperti menanam bunga supaya mengundang serangga penyerbuk, di rasa perlu untuk menolong membendung pergerakan pengurangan komunitas serangga.
Sesungguhnya, laporan berkenaan pengurangan komunitas serangga bukan hal baru. Pada 2017, laporan Caspar Hallman dari Radboud University di Belanda dan beberapa rekannya mendapati jika komunitas serangga terbang di cagar alam di Jerman turun lebih dari 75 % sepanjang 27 tahun akhir. Laporan ini bahkan juga dapat lebih mencemaskan dari penemuan Bayo dan Wyckhuys yang menyebutkan pengurangan serangga bahkan juga masih berlangsung di teritori cagar alam yang relatif bebas dari manusia.
Brad Lister, profesor biologi di Rensselaer Polytechnic Institute, Amerika Serikat, berikan teguran yang serupa. Di rimba hujan Luquillo di Puerto Rico, komunitas serangga yang menjadi makanan burung sudah turun mencolok dalam 35 tahun akhir. Seputar 98 % serangga yang tinggal di darat, sudah musnah. Sedang serangga yang hidup di dahan dan dedaunan, 80 prosentasenya telah raib. Menurut Brad, pemicu khusus keadaan ini ialah pemanasan global.
“Kita betul-betul merusak penunjang kehidupan yang menolong manusia dan makhluk hidup lain masih berada di planet ini,” tutur Brad pada The Guardian. “Rasanya menakutkan menyaksikan bagaimana manusia merusak alam semacam ini.”

Kiamat Ke Enam Semakin Dekat?
Bumi dan didalamnya pernah merasakan 5 kali kemusnahan massal. Kemusnahan massal pertama berlangsung pada masa Ordovician seputar 445 juta tahun lalu. Pada masa pertama ini, kemusnahan berasal dari pendinginan global dan pengurangan muka air laut yang membunuh 85 % spesies di bumi.
Kemusnahan ke-2 berlangsung seputar 340 juta tahun kemarin waktu masa Devonian. Sebab jatuhnya asteroid dan pendinginan global, seputar 70 % spesies musnah.
Sedang kemusnahan ke-3 berlangsung diakhir zaman Permian, seputar 251 juta tahun kemarin. Pemicunya dipacu oleh erupsi di seputar Siberia, yang menyembur CO2, dan berbuntut terciptanya gas rumah kaca, naiknya metana dan temperatur bumi, dan udara yang beracun. Periset mengatakan selaku “the great dying”, yang mengakibatkan 96 % spesies di bumi musnah dan mengakibatkan kehidupan di bumi hampir usai.
“Peristiwa ini membuat kehidupan mundur kembali sepanjang 300 juta tahun,” tutur Rolf Schmidt, paleontologis Melbourne Museum.
Naiknya kandung metana dan CO2 memulai masa kemusnahan ke-4 di masa Triassic pada 200 juta tahun lalu. Tingkat kematian spesies capai 76 %. Kemusnahan ke-5 berlangsung 65 juta tahun kemarin, dengan tingkat kemusnahan 80 % dari spesies. Peristiwa ke-5 yang berasal dari jatuhnya asteroid, rutinitas vulkanik, dan berkurangnya permukaan air laut berikut yang mengakibatkan dinosaurus musnah.